Senin, 16 September 2013
Suatu pagi seusai UAS Kimor 2 yang menyeramkan, kami me-rapat membahas 2 permasalahan, salah satunya masalah nilai anfisman yang belum keluar. Sudah bukan barang langka lagi sang maestro fakultas tetangga susah menampakkan nilainya yang sudah semestinya menjadi hak milik kita. Tak heran jika kolom nilai anfisman selalu kosong pada lembaran KHS yang dikirimkan ke rumah masing-masing.
Karena bergerak itu tak dibatasi oleh waktu dan omongan tanpa gerakan itu adalah omong kosong, maka kami langsung mendatangi pihak koordinator mata kuliah Anfisman yaitu dr.Dicky. Personil kita yang bertugas saat itu ialah Arya, Dipa, Farin dan Reni. Bukan hal yang mudah menemui beliau, banyak jalan berliku yang harus terlebih dahulu dilalui. Berikut alur ceritanya :
Berangkat ke Gedung Radiopoetro, kami berempat (Arya dkk) menemui dr. Dicky. Sudah bisa ditebak, orang penting akan sulit
ditemui apabila tidak ada janji dulu sebelumnya. Kami mencoba mencari informasi
dari pegawai yang berada di kantor dr. Dicky di Gedung Radioputro. Berharap mendapatkan nomor
yang dapat dihubungi, namun nihil, ternyata memang sengaja dirahasiakan oleh pegawai setempat. Kami hanya diberi informasi
bahwa dr. Dicky biasanya praktek di GMC dan klinik.
Lalu berbekal informasi yang ada, kami mencoba berangkat ke RS Sardjito, dimana tempatnya berada paling dekat dengan Gedung Radiopoetro, kami mencari informasi keberadaan klinik Permata Hati tempat dr. Dicky praktek. Berkali-kali naik turun eskalator di RS Sardjito,tidak jua membuahkan informasi yang mengantarkan kami ke klinik tersebut. Sampai akhirnya kami bertanya pada satpam yang sedang berjaga di dalam gedung. Ternyata klinik tersebut terletak di lantai dasar dan tidak dalam satu gedung dengan gedung utama RS Sardjito. Padahal kami sudah repot-repot menyusuri setiap sudut di gedung utama.
Sampailah di Klinik Permata Hati. Coba tebak ini klinik apa? Klinik Bayi Tabung! Di dalam klinik terlihat banyak ibu-ibu dan beberapa orang bapak yang menemani istrinya. Coba ingat lagi, kami kesana berempat, ada Arya, Dipa, Farin, dan Reni. 2 laki-laki dan 2 perempuan, sepintas terlihat seperti 2 pasang suami-istri muda. Kami macam mau aplikasi bayi tabung saja ya. Tidak heran, setiba disana kami langsung diperhatikan oleh para orang tua yang sedang mengantri. Buru-buru kami mencari dr. Dicky sebelum para orang tua disana berpikir yang aneh-aneh. Tidak terlalu lama menunggu, kami berhasil bertemu dengan dr. Dicky. Setelah diklarifikasi kenapa sampai nilai anfisman belum keluar juga sampai satu semester, ternyata dr. Dicky lupa mengoreksi. Seketika kami kaget dan kecewa. Tapi ya sudah, kami hanya bisa menunggu, dr. Dicky menjanjikan nilai keluar seminggu kemudian. Sesuai janji, setelah minggu depan kemudian nilai memang sudah keluar. Syukurlah, perjalanan kami berbuah hasil.
-vivi dan farin-
Lalu berbekal informasi yang ada, kami mencoba berangkat ke RS Sardjito, dimana tempatnya berada paling dekat dengan Gedung Radiopoetro, kami mencari informasi keberadaan klinik Permata Hati tempat dr. Dicky praktek. Berkali-kali naik turun eskalator di RS Sardjito,tidak jua membuahkan informasi yang mengantarkan kami ke klinik tersebut. Sampai akhirnya kami bertanya pada satpam yang sedang berjaga di dalam gedung. Ternyata klinik tersebut terletak di lantai dasar dan tidak dalam satu gedung dengan gedung utama RS Sardjito. Padahal kami sudah repot-repot menyusuri setiap sudut di gedung utama.
Sampailah di Klinik Permata Hati. Coba tebak ini klinik apa? Klinik Bayi Tabung! Di dalam klinik terlihat banyak ibu-ibu dan beberapa orang bapak yang menemani istrinya. Coba ingat lagi, kami kesana berempat, ada Arya, Dipa, Farin, dan Reni. 2 laki-laki dan 2 perempuan, sepintas terlihat seperti 2 pasang suami-istri muda. Kami macam mau aplikasi bayi tabung saja ya. Tidak heran, setiba disana kami langsung diperhatikan oleh para orang tua yang sedang mengantri. Buru-buru kami mencari dr. Dicky sebelum para orang tua disana berpikir yang aneh-aneh. Tidak terlalu lama menunggu, kami berhasil bertemu dengan dr. Dicky. Setelah diklarifikasi kenapa sampai nilai anfisman belum keluar juga sampai satu semester, ternyata dr. Dicky lupa mengoreksi. Seketika kami kaget dan kecewa. Tapi ya sudah, kami hanya bisa menunggu, dr. Dicky menjanjikan nilai keluar seminggu kemudian. Sesuai janji, setelah minggu depan kemudian nilai memang sudah keluar. Syukurlah, perjalanan kami berbuah hasil.
-vivi dan farin-
Related Posts :
- Back to Home »
- KEGIATAN ADVOKASI FARMASI »
- Behind The Scene "Berburu Nilai Anfisman"